Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

KISAH #6 HIKMAH dari Batam

Gambar
Ketika hati dirundung gelisah dalam memutuskan sesuatu diantara beberapa pilihan yang tersedia... Saat hati tak tahu jalan mana yang harus dituju dan ditapaki... Saat kesempatan memilih membuat hati diliputi kekhawatiran... Serahkan semuanya pada Allah... Biarkan Allah menunjukkan hal yang lebih baik diantara yang buruk dan menunjukkan hal yang terbaik diantara yang baik... Shalatlah kapanpun karena rasul mengajarkan untuk shalat istikhoroh diwaktu selain waktu shalat fardhu... Kadang jawabannya langsung ada didepanmu namun tak jarang perlu berkali-kali untuk mendapatkan kemantapannya.

Kisah #7 TENTANG MENIKAH

Gambar
Aah... Akhirnya tuliasan ini mencuat juga ke permukaan. Sudah lama sebenarnya ingin memberi tahu sudut pandangku dan beberapa teman mengenai hal ini. Namun aku khawatir apa yang akan aku paparkan tidaklah sesuai dengan realita. Semua ini hanya asumsi, tapi hal-hal inilah yang masih menghantui kepalaku--untuk mengambil keputusan mengenai sebuah pernikahan.

Hukum Mengucapkan Selamat Natal

Didunia maya sedang ramai-ramainya pro kontra mengucapkan selamat natal. Jangankan antar kaum nasrani dengan muslim, sesama muslim pun ribut beradu argumen. Dari ya minim sekali ilmunya sampai kepada yang mengaku pakar agama. Saya tidak mau repot-repot adu dalil meskipun saya condong gagal memahami pendapat yang memperbolehkan mengucapkan selamat natal. Tapi saya enggan mendebatnya, mereka juga pakar agama yang punya dalil. Padahal setahu saya kelahiran nabi Isa bukan jatuh pada tanggal 25 desember. Tanggal itu kan dicetuskan oeh Paus Liberus pada awal tahun 300-an. Sedangkan di Alquran disebutkan Maryam merasa kepayahan dan Jibril menyuruhnya mengambil kurma yang ranum. Kedua kondisi ini tidak memungkinkan lahirnya Nabi Isa pada musim dingin. Pastilah terjadi pada musim semi atau panas. (Kok saya jadi bahas ya? Maaf ya keceplosan sih). Karena keterusan nih ya saya kasih ayatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ” Maka rasa sakit akan melahirkan memaksa ia (Maryam) bersandar

Alasan Saya Menolak Jokowi Naik

Gambar
Saya bukan haters jokowi. Sebaliknya, saya salah satu orang yang mengagumi gaya kepemimpinan beliau. Seorang pemimpin yang mau turun ke jalan melihat keadaan, mengoptimalisasi anggaran, menyelesaikan tiap permasalahan satu persatu. Bukan berarti tidak ada lagi pemimpin seperti beliau di negara ini. Saya yakin masih ada yang mencintai negri ini melebihi kecintaan mereka akan pribadi. Hanya saja, media tidak mau sibuk-sibuk meliputnya. Saya akan paparkan alasan saya mengeluarkan judgement diatas. Alasan saya tidak memilih Jokowi jika beliau mencalonkan diri adalah.... Pertama, dia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jakarta masih memiliki masalah yang kompleks sementara beliau belum menyelesaikan semuanya. Penyelesaian beliau terhadap masalah ibukota masih seputar kondisi sosial masyarakat, belum merambah perbaikan tata ruang kota. Sedangkan masalah ini saya rasa akan memakan waktu dan dana yang tidak sedikit. Saya khawatir jika beliau naik menjadi presiden, janji-janji be

Kisah #5 Tafahum yang Tidak Sempurna

Gambar
Mengenai sebuah kisah, lagi. Pernah salah seorang sahabat membuat hatiku susah sekali. Karena sebuah sebab yang sangat sepele dan tidak masuk akal hadir diantara kami, menguji ikatan ini. ikatan ini merenggang, berbulan-bulan membuat hari-hariku terasa bagai di neraka. Berbulan-bulan kami mengalami fluktuasi ikatan yang nyaris membuatku mengeraskan hati kembali. Kadang mengencang, kadang merenggang, hingga akhirnya berjauhan, entah dimana ujung dan pangkalnya ditemukan.

Bahaya yang Mengintai Khilafah Islamiyah

Pernahkah mendengar kalau bani umayyah runtuh dipengaruhi pula oleh faktor internal negara—terutama kaum syiah yang merasa kehormatan dan kejayaan mereka direnggut paksa oleh Muawiyah? Pernahkan mendengar bahwa kaum khawarij keluar dari barisan Ali karena tidak sependapat dengan keputusan Ali untuk berunding dengan Muawiyah pada perang Shiffin? Pernahkah terlintas... bahwa peralihan kekuasaan dari Bani Umayyah kepada Bani Abbasiyah atau dari Bani Abbasiyah kepada kerajaan Turki Utsmani dihiasi dengan ajang pembuktian diri dan kesombongan bahwa kelompok mereka lebih layak membawa kemaslahatan umat muslim daripada yang lainnya?

Sejarah syiah

Tulisan ini saya buat setelah mendapatkan pesan dari salah seorang sahabat untuk menceritakan asal mula dan tabiat kaum syiah. Saya langsung berusaha mengingat kembali semua buku yang pernah saya baca, menggali ingatan kalau-kalau pernah ada buku yang secara spesifik menceritakannya. Tapi ternyata, tidak ada buku yang pernah saya baca bercerita hanya mengenai syiah. Kaum syiah sekali-kali muncul dalam shiroh nabawiyah dan mengapung kepermukaan setelah runtuhnya fase khulafaurrasyidin. Jadi, tulisan ini adalah resume dari beberapa buku yang menggali kisah tersebut dan berusaha saya rangkum beserta dengan hasil analisa para tokoh dan saya pribadi setelah membaca buku-buku mereka. Beberapa sumber yang saya cantumkan langsung berasal dari pemikiran kaum syiah, karenanya saya menyaring semua hal yang saya ketahui untuk dibagikan dan dijadikan pelajaran.

Anak Seperti Apa yang kalian inginkan?

Entah apa yang merasuki saya akhir-akhir ini, karena sering sekali membayangkan anak yang akan saya miliki di masa depan, insya Allah. Berawal saat seorang teman ibu bersilaturahim ke rumah, membawa serta anak-anaknya. Saya langsung terpikat pada si bungsu yang beruasia 1 tahun karena—dia tersenyum begitu lebar pada saya bahkan sebelum saya menggodanya. Tawanya berdentang saat saya mulai menjahilinya dan mengajaknya bercanda. Benar-benar anak periang yang menawan.. Kemudian, pada pekan yang sama, saya kembali bertemu dengan seorang anak berusia 6 tahun dengan gaya centil memakai pita besar dikepalanya, berwajah memikat. Saya langsung gatal menjahilinya. Dan saya dibuat terkejut karena si kecil langsung menghampiri saya dengan percaya diri dan mengulurkan tangannya sambil berkata. “Namaku Ima.” Saya terperangah. Saya belum nanya, de. Dalam hati membatin. Tapi si ibu langsung menegurnya. “Heh, bukan.” Si centil merajuk dengan keras kepala. “Ih, ganti!” saya baru s

Melepas dan Memulai

Kali ini, aku biarkan hati yang mengambil kendali.. Cukup sudah segala kerusakan yang disebabkan karena tidak peduli.. Pada apa yang diarahkan sang hati.. Apakah mengorbankan kenangan... untuk sebuah masa depan.. Cukup menjadi alasan? Sekali lagi, kubiarkan hati ini yang berbicara. Aku tahu ada terlalu banyak kekosongan dalam hatiku. Aku tahu penyebabnya karena diri ini yang tidak pernah mau melepas masa lalu. Karena raga ini masih ingin bertemu. Karena hati ini seringkali merasa rindu. Karena jiwa ini terkadang merasa jemu... Karena itu, telah kuputuskan untuk menata langkah kedepan... Menatap jalan yang sebagian telah didirikan.. Untuk aku berpetualang, sendirian.. Atau mungkin bersama beberapa teman yang berlainan... Kemudian, tak akan pernah kubiarkan kepalaku menoleh kebelakang... Sekali lagi, kukatakan.... aku tidak akan pernah menyesali.. Dan aku tidak akan pernah menuntut untuk kembali... Karena bayang masa lalu bukanlah sesuatu yang dapat kumiliki....

Menikmati proses

  Sudah lama rasanya aku mengabaikan syair.. Sudah berdebu buku tua itu teronggok dibawah tempat tidur.. Buku yang sejak dulu penuh kutulisi dengan puisi dan syair.. Mengenai cinta... persahabatan... keputusasaan.. dan harapan yang tergadaikan.. Namun kini jari-jari kembali menari bersama irama hati.. Membuktikan bahwa dunia ini yang kucari.. Duhai.. betapa banyak yang terlewatkan dalam setiap langkah.. Entah sejak kapan hidup dilalui hanya untuk sebuah tujuan.. Hingga lupa menikmati proses dalam drama yang disajikan.. Untuk kemudian aku tuliskan.. dan aku sebarkan... Bahwa hidup akan berarti jika bersamanya kau simpan energi dari tiap langkah... Untuk melihat kesegala arah. Untuk mengambil hikmah. Untuk menebar kisah. Bahwa hidup.. tak hanya disajikan untuk menilai hasil akhir... Bahwa hidup... bukan hanya milik mereka yang bermental pemikir.. Atau bagi mereka yang berkata memiliki kebesaran takdir... Hingga gelap mata oleh kesombongan dan k

Kisah #4 (Masalah hati)

Kisah berikutnya aku dapatkan pada malam hari juga. Saat masa-masa pasca kampus dengan kejamnya memisahkan aku dengan sahabat-sahabatku. Terbatasnya ruang dan waktu untuk bertemu menjadikan malam itu begitu hangat akan nuansa kerinduan. Selepas menanyakan kabar, kami yang memang tidak pernah terbiasa untuk berbasa-basi, langsung menuju pokok permasalahan: CURHAT. Malam itu terasa amat panjang bagiku. Aku mendengarnya menceritakan kisah hidupnya yang tidak pernah dibaginya dengan siapapun. Seolah aku hadir menjadi tokoh utama dalam cerita hidupnya, karena miripnya jalan hidup yang Allah gariskan pada kami, hanya saja... aku mengambil pilihan yang berbeda dengannya. Aku mengerti, sangat memahami perasaannya dalam menghadapi dilematika yang sedang dirasakan oleh sahabatku yang satu ini. Hidup sahabatku yang satu ini berubah total karena sebab yang berkepanjangan. Ada banyak luka yang terus menerus dipupuknya, disimpannya, dan dikuncinya rapat-rapat dalam hatinya. Hingga

Kisah #3 (SELEVEL)

Beberapa tulisan aku hasilkan dari kisah perjalanan atau diskusi aku dengan para sahabat inspirator yang luar biasa. Kali ini aku akan menyampaikan beberapa kisah sekaligus dalam waktu sepekan. 1.       SELEVEL Dalam sebuah kesempatan dimana waktu terasa begitu lambat berjalan. Disaat ketika malam terasa begitu dinanti untuk sekedar melepas beban. Diwaktu perbincangan yang dilakukan dapat dilakukan tanpa batasan, saat itulah kisah ini mengalir...

Untuk Kalian, Adikku..

Gambar
“pasca kampus? Ga mau terlibat struktural yang jelas.” “aku sih milih jadi murobbi aja.” “kalau aku balik lagi ke sekolah, bantu mengembangkan dakwah sekolah.” “nunggu amanah aja deh dari atas.” “ga mau FAM. Kerjaannya kan ga jelas. Ke DPC juga ga mau, ribet. Syuro lagi, syuro lagi. Kemana ya? Bingung euy.” “dakwah masyarakatnya entar aja deh.. pas udah nikah. Sekarang mah enjoy aja.” Itulah beberapa jawaban yang kerap ditemukan saat sebuah pertanyaan “Aktivitas apa yang akan antum lakukan pasca kampus?” diberikan kepada aktivis yang nyaris lulus. Ketika kaki-kaki aktivis tersebut belum melangkah keluar lingkaran kampus, masih menatap dunia luar dari dalam gerbang kampus, masih terpaku prasangka-prasangka negatifnya mengenai aktivitas dakwah yang melibatkan fikriyah lebih daripada aktivitas lainnya, masih merasa aktivitas tersebut justru mengekang kebebasan ekspresi para aktivis, atau masih dihantui oleh trauma koordinasi yang berjalan tidak sempurna, maka jawaban