Siyasatud Dakwah
Siyasat
dalam segi bahasa artinya adalah pengendalian. Secara kontekstual, siyasat
berarti segala bentuk usaha atau ikhtiar yang dilakukan untuk mampu
mengendalikan suatu kondisi agar berjalan sesuai dengan harapan sang
pengendali. Ini berarti, konsep tawakkal yang sesungguhnya adalah ketika segala
upaya total telah kita lakukan diiringi dengan kalkulasi matang kemudian
menyerahkan hasil akhirnya kepada sang pemilik “skenario” untuk
menyelesaikannya.
Hal
menarik yang dapat dibahas adalah mengenai konsep strategi dalam berdakwah,
yang ternyata dapat kita pelajari dari konsep strategi pada zaman rasulullah...
meski konsep strategi tersebut tidak dapat kita terapkan secara total pada masa
kini, karena kondisi yang telah berubah, namun suatu hal prinsipil yang tidak
boleh kita lupakan adalah mengenai prinsip dasar dalam pengambilan strategi
atau siyasat tersebut.
- Tidak menyalahi aqidah. Maksudnya adalah segala bentuk strategi yang dikeluarkan tidak membuat kita harus menjual kebenaran, dalam hal ini, meghindari segala bentuk kebohongan dalam konteks perang tanpa senjata. Karena rasulullah pernah bersabda, “sesungguhnya perang itu adalah tipu muslihat”. Yang dimaksud disini adalah perang dalam hal sebenarnya, dengan menggunakan senjata.
- Tidak menjual nilai kebenaran. Yang dimaksud disini adalah strategi ini tidak membuat para pelakunya mengartikan ayat-ayat Allah secara sepihak dengan tujuan hanya untuk memuaskan nafsu pribadi dalam mengajukan pendapat. Dalam hal ini seorang pengendali harus bersikap jujur terhadap alasan-alasan syar’i dari keputusan yang diambil.
- Konsisten terhadap sebab-sebab kemenangan. Segala upaya yang dilakukan harus melalui kalkulasi yang matang dan berorientasi pada kemenangan. Jadi bukan hanya dilandasi dengan kalkulasi seadanya kemudian berucap “semoga Allah menolong kita” tanpa mengerahkan segala upaya yang kita miliki.
Dalam
melakukan pengendalian, seorang pengendali harus memerhatikan 3 tombak yang
mampu menyokong pengendalian yang akan dilakukan, yaitu:
- Posisi yang kokoh. Sudah sewajarnya, posisi yang kokoh ditopang dengan kepemimpinan yang sehat secara jasadiyah, fikriyah dan ruhiyah serta memiliki wawasan atau cara pandang yang luas. Jika seorang pribadi mampu menjadi sentral tokoh dalam sebuah lingkungan atau komunitas, sudah sepastinya akan ditunjuk menjadi pemimpin. Itu adalah parameter sederhananya. Lantas, masihkah terpikirkan, kita dapat mengendalikan keadaan tanpa dipercaya menjadi pemimpin didalamnya?
- Adanya potensi dan sarana. Dalam hal ini, yang dimaksud potensi adalah kuantitas kader yang dapat digerakkan serta kualitas mumpuni sebagai pemimpin. Ini adalah sebuah keniscayaan dalam berjamaah. Sarana yang diperlukan adalah segala aspek pendukung, terutama dana. Seorang kader haruslah memiliki harta yang banyak untuk dapat disumbangkan dijalan dakwah. Sikap zuhud yang selama ini dicintai rasulullah adalah dalam hal pemakaian harta untuk keperluan pribadi, bukan keperluan perang. Bukankah sahabat rasul, Abu Bakar dan Umar adalah saudagar yang kaya raya. Adakah rasulullah membenci mereka?
- Adanya langkah-langkah pelaksanaan. Kalkulasi matang yang dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan adalah mengenai tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi, pengontrolan, dan evaluasi (POACE). Langkah-langkah ini ada baiknya diiringi dengan menilai kondisi objek dakwah terlebih dahulu untuk mendapatkan metode yang lebih efisien dalam menebarkan kebaikan dan merencanakan kemenangan.
Banyak
hal yang “abu-abu” jika sudah menyinggung mengenai siyasat, politik, atau
strategi karena terkadang pemahaman yang dangkal menyesatkan kita untuk membuat
perencanaan atau nafsu pribadi yang menguasai personil pengambil kebijakan atau
sulitnya membedakan hal-hal “mubah”, “sunnah”, “makruh” dan lainnya karena
banyaknya referensi sejarah yang melatarbelakangi segala pengambilan siyasat
yang diambil rasulullah.
Namun,
yang dapat kita lakukan sekarang adalah terus mengupgrade pemahaman, berikhtiar
untuk dapat merumuskan siyasat yang diridhoi oleh Allah. Juga satu hal yang
tidak boleh kita lupakan. Selalu meluruskan niat dan berorientasi pada ridho
Allah... maka, pertolongan Allah pasti akan datang secara tidak terduga..
Komentar
Posting Komentar