Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

THE MIRACLE OF WATER

Gambar
Karya : Masaru Emoto Buku ini menggambarkan mengenai pengaruh air terhadap harmonisasi pribadi, lingkungan, bahkan hingga alam semesta. Pemaparan yang ringan dan berisi membuat saya sangat terkagum-kagum dengan “mukjizat” yang ditemukan oleh Masaru Emoto. Buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar kristal air yang berhasil beliau potret menggunakan mikroskop khusus. Penelitian mengenai bentuk struktur kristal air ini dilakoni selama 20 tahun, hingga dapat dihasilkan gambar-gambar memukau yang saya jamin, membuat anda terpesona. Kali ini saya akan meringkas bagian-bagian paling menarik dalam buku ini karena saya ingin membagi inspirasi luar biasa yang diberikan buku ini kepada saya. Air dan resonansi Pada bagian ini, Masaru menceritakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini sekecil apapun saling berinteraksi dan menimbulkan resonansi. Apabila interaksi yang dihasilkan saling memberikan pengaruh atau dapat dikatakan memiliki frekuensi ber

Kisah #2 (Life Is Choice)

Gambar
Masih seputar hal-hal yang kami bahas di KAMAR SAPU, kali ini tentang sebuah pilihan. Dalam sebuah kesempatan pada jeda panjang tanpa henti membicarakan dunia luar, impian, dan pengalaman, keluarlah sebuah statement. “Pengalaman telah mengajarkanku untuk tidak lagi mencobanya” kata salah seorang teman. “Kenapa?” sahut yang lainnya. Aku dan si pelempar statement saling bertatapan dan tersenyum mengerti. “Karena, amanah yang lalu tidak berhasil mendidik kami,” jawabku. Sang penanya mengernyitkan kening tanda tidak mengerti, dan aku melanjutkan, “sehingga kami memiliki trauma untuk mempelajarinya kembali.” Hidup adalah pilihan, memang. Setiap individu sejatinya memiliki hak prerogatif penuh untuk memutar haluan hidupnya, merenovasi prioritasnya, dan memilih mimpi-mimpinya tanpa dikendalikan oleh masa lalu. Dan adakalanya, mimpi-mimpi yang dibangun perlu dihancurkan dan diganti untuk membuat bangunan kokoh impian yang terstruktur dari fondasi keyakinan. Hal yang wajar, lumr

Antara Idealisme dan Egoisme

Gambar
“Kita harus mempersembahkan karya terbaik untuk kampus tercinta”             Pernahkah mendengar statement ini? Tentu sering, terlebih pada momen-momen regenerasi seperti saat ini. Statement itu menjadi rangkaian kata yang dapat menjual popularitas presma sebelum menjalankan pemerintahannya dengan kabinet-kabinet yang dipilihnya.             Itu adalah statement idealis mahasiswa (begitu saya senang menyebutnya), dalam namun tidak spesifik, nyata namun tak terukur. Rekan-rekan calon pemimpin yang “baru akan” menjabat, biasanya cenderung idealis dengan konsep-konsep dan pemikiran visioner untuk menunjukkan, “saya pasti bisa lebih baik daripada pendahulu saya”. Konsep yang idealis, namun dapat mengarah pada konsep egois saat pernyataan itu didukung dengan sikap “saya akan melakukan sesuatu yang BERBEDA, dan melupakan sesuatu yang telah DIRINTIS oleh pendahulu saya”             Sebuah organisasi, memang memerlukan adanya PERUBAHAN BESAR untuk mencapai VISI yang lebih BESAR

SEPUTAR PENGEMBANGAN SDM (bag 1)

Gambar
Seringkali proses upgrading seseorang yang diprogress menjadi penanggungjawab pengembangan organisasi (baca: PSDM) luput dari perhatian pengelola SDM. Mungkin hal itu yang menyebabkan krisisnya kualitas SDM organisasi, dikarenakan minimnya pengetahuan penanggungjawab pengembangan organisasi mengenai rangkaian dan permasalahan yang kerap erat kaitannya dengan kaderisasi. Sebenarnya, seorang penanggungjawab PSDM dapat belajar sendiri secara otodidak karena sebelumnya telah mengalami sendiri proses pengkaderan dari kepengurusan sebelumnya. Namun pemahaman itu tentunya sangat sempit sekali, terlebih jika personal yang bertanggungjawab adalah “anak baik-baik” yang tidak pernah berbuat ulah. Yah, akan sangat sulit sekali memahami objek pengkaderan jika kita tidak mengenalnya. Mengenal ini dalam artian memahami sebab-akibat dari setiap kondisi yang dialami setiap personil. Manusia memang luar biasa, ditengah persisnya kondisi yang dirasakan, setiap objek akan menanggapinya dengan beragam