Ketika Tarbiyah Bukan akhir dari Hijrah

Allah... Tak ada lagi yang kutakuti... Tak ada lagi yang kuinginkan... Tak ada lagi yang kuharapkan... Selain berjumpa denganMu di hari yang dijanjikan beserta dengan saksi dan bukti yang menguatkan kecintaanku dalam merengkuh RidhoMu......
Ketika hidayah hadir melalui tangan-tangan tarbiyah.
Ah, tidak. Allah yang memilihkan jalan tarbiyah agar aku arif dalam menyikapi perbedaan, bijak dalam menghadapi cacian, kuat dalam keterasingan dan kokoh dalam setiap ujian. Ketika itu, hatiku belajar. Belajar menerima konsep keimanan. Mengenai mengislamisasi lingkungan sekitar. Mengenai kebermanfaatan yang lebih baik. Mengenai janji Allah akan futuhnya Islam.
Menikmati dekapan ukhuwah, merasa tertekan bersama-sama, membicarakan langkah-langkah pembaharuan, menangis bersama, tertawa seirama. Sungguh, semua hal itulah yang menahanku. Menahan langkahku untuk mencari kebenaran. Karena kecintaan pada mereka sudah mendarah daging. Mereka adalah saudara seiman yang kutahu betul bersihnya hati mereka, tak ada yang mereka harapkan untuk diri mereka sendiri ketika dituntut berkorban hingga berdarah-darah dijalan ini. Meski baru hati mereka yang berdarah karena tajamnya cacian, menancapnya hujatan dari rekan-rekan seiman berbeda golongan, belum lagi asam cuka yang diteteskan diatas luka yang masih menganga saat beberapa orang mulai pergi berguguran.
Berbulan-bulan aku banyak berfikir, menimbang maslahat dan mafsadatnya secara bersamaan. Hingga aku mulai melepaskan diri secara perlahan dari rasa kepemilikan yang mulai menyelimuti hati dan keyakinanku akan hizb. Melihat dari luar, memposisikan diri sebagai pengusung tauhid dan hanya menerima syariat islam yang lurus, aku tercengang. Betapa bodohnya aku baru menyadarinya. Padahal jawabannya jelas sudah, terang bagai cahaya matahari dipagi hari.
Menangis seketika, karena ini berarti perpisahan. Perpisahan jalan dengan sahabat-sahabat tercinta. Meski akhir perjalanan ini sama, tapi ketika jalan yang dialui berbeda, tak akan ada kesempatan untuk saling bercerita, bahkan sekedar untuk bergandengan tangan. Hanya doa yang dapat kupanjatkan... Semoga mereka melalui jalan yang allah ridhoi, meski sedikit sekali keyakinanku mengenai jalan yang lalu. Semoga Allah membuka pintu hati mereka untuk melihat kebenaran..
Pergelutan hati sudah berakhir, namun penderitaannya belumlah selesai. Ketika... Seseorang meyakini bahwa jalan yang ditempuhnya salah--tidak. Bukan itu kata yang pantas untuk disebutkan. Mungkin salah. Itu lebih tepatnya. Akankah dia biarkan orang-orang terkasihnya melalui jalan dengan kemungkinan itu sementara ada jalan lain yang lebih pasti kebenarannya? Meski diselubungi fitnah... Namun jalan inu bebas dari syubhat... Jalan ahlus sunnah. Tidakkah salafus shaleh cukup sebagai panutan? Kenapa harus mengekor ulama masa kini yang membuat hal baru dalam islam? Kenapa tidak mencontoh abu bakar yang langsung memerangi kaum muslimin yang enggan membayar zakat... Atau teladan umar yang meletakkan hak kepada tempat semestinya dan kebathilan pada sisi bersebrangan yang harus dijauhi...
Aah. Akupun dulu berfikir seperti mereka. Dan tidak ada yang dapat memasukkan kefahaman kedalam hati manusia selain sang Pemilik Hati. Mereka mungkin sudah kuberitahu... Telah sampai peringatanku kepada mereka... Tapi mungkin mereka belum memahami... Ya rabb... Ya muqallibal quluuub tsabbits quluubana 'aladdiinik.
Di zaman penuh fitnah ini ya Allah.. Bimbinglah hamba dan orang-orang yang hamba sayangi agar menapak dengan teguh dijalanMu... Jadikah usaha kami menuntut ilmu mencari kebenaran engkau berkahi agar bermanfaat bagi keimanan dan kemaslahatan kami... Jika Engkau perkenankan kami hadir menjadi barisan pejuang islam, jadikan kami satu barisan dengan imam mahdi... Dan jadikan dajjal sebagai musuh yang pasti kami perangi..
Kami tahu, dalam menilai kebenaran... Kami tidak bisa melihatnya karena hal itu dikerumuni banyak manusia. Kami tahu bukan seperti itulah definisi kebenaran.. Karena itu jadikanlah hati kami lapang terhadap kebenaran yang engkau tunjukkan agar kami bersegera merengkuh sikap untuk berjuang.. Bukannya mencari dalih pembelaan.
Allah... Engkau yang tahu apa yang ada didalam hati kami.. Peliharalah hati kami... Agar takut pada azabMu... Agar taat pada perintahMu... Dan cinta dengan kecintaan terbesar terhadapMu... Jadikan kami hambaMu yant bersatu... Satukan kami dalam panji keimanan.. Panji kebenaran... Dan panji agamaMu yang SATU... Semoga, hamba termasuk orang yang mengusahakannya... Aamiin ya rabb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

THE MIRACLE OF WATER

Siyasatud Dakwah

#KISAH 11 (SETELAH MENIKAH)